Palembang-Spora, Solidaritas Perempuan (SP) Palembang memperingati hari ulang tahun yang ke 25 secara nasional, Kamis, 10 Desember 2015 di Gedung Pertemuan KNPI Sumatera Selatan. Menurut Ida Ruri Sukmawati, Ketua SP Palembang, peringatan ini dilakukan serentak di 14 komunitas SP di seluruh Indonesia. Tema ultah kali ini adalah “Bergerak bersama memimpin gerakan, mewujudkan kedaulatan perempuan”, kata Ida di sela kemeriahan acara yang dihadiri sekitar 150 perempuan-perempuan dari berbagai desa di Sumatera Selatan seperti Desa Seribandung dan Desa Betung yang berkonflik dengan PTPN 7 Pabrik Gula Cinta Manis.
Dalam acara ini yang juga bertepatan dengan hari HAM sedunia, peserta membacakan deklarasi 25 tahun Solidaritas Perempuan dengan empat tuntutan:
1). Mendesak negara untuk segera melakukan evaluasi terhadap kebijakan dan program pemerintah yang menghilangkan kedaulatan perempuan atas hidup dan sumber-sumber kehidupannya.
2). Mendesak negara untuk menghentikan praktek-praktek perusahaan multinasional/transnasional maupun lembaga keuangan internasional yang telah menghancurkan dan merampas hidup dan sumber-sumber kehidupan perempuan, serta memperkuat kekerasan dan pelanggaran HAM.
3). Mendesak negara untuk segera membangun kebijakan-kebijakan dan program yang menjamin perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak asasi perempuan di segala aspek.
4). Berkomitmen terus-menerus untuk memperkuat dan mendorong inisiatif perempuan dalam merebut kembali kedaulatan perempuan serta melawan berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan perempuan.
Selain anggota SP, hadir juga berbagai perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat sipil, seperti Spora Institute, Walhi Sumsel, Serikat Petani Indonesia (SPI Sumsel), Perserikatan OWA, WCC Palembang, dan Yayasan Puspa Indonesia. Direktur Spora, JJ Polong diminta untuk memberikan refleksi perjalanan SP Palembang yang sudah berkiprah selama 13 tahun di Sumatera Selatan. Dalam refleksinya, JJ Polong mengungkapkan SP Palembang telah menunjukkan semangat kepemimpinan kaum perempuan dalam gerakan melawan praktek-praktek penghisapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengelola sumber daya alam di Sumatera Selatan. “Kedepan kami mengharapkan SP mampu membangun jaringan yang lebih luas dalam melakukan perlawanan terhadap penindasan perusahaan multinasional dengan komponen masyarakat sipil lainnya dan organisasi yang berbasis massa sektoral seperti serikat petani dan serikat buruh”, ungkap Polong.
Acara ditutup dengan melepaskan balon ke udara sebagai simbol lepasnya belenggu ketertindasan perempuan, baik yang diakibatkan oleh budaya patiarkhi dan ketimpangan dalam pengelolaan sumber daya alam. Perempuan pemimpin akan semakin terwujud jika kedaulatan perempuan dapat diraih. (Ayu Izdihar Rafa)