Palembang-Spora, Puluhan massa aksi dari Serikat Petani Seriwijaya, Mahasiswa Hijau Indonesia, Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Sumsel berunjuk rasa di Bundaran Air Mancur hari ini (17/9). Mereka menyuarakan tuntutan dan solidaritas untuk Serikat Tani Indramayu yang mengalami kekerasan dan intimidasi dari aparat keamanan. Kekerasan tersebut merupakan respon tidak simpatik aparat terhadap penolakan petani dalam pembangunan waduk Bubur Gadung di Desa Loyang Kecamatan Cikedung Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Menurut Koordinator Aksi, Rian Munde, Aparat keamanan tidak pernah belajar dari peristiwa sebelumnya dalam menyelesaikan konflik agraria. Kekerasan dan pengkriminalisasian terhadap petani dan pembela petani dalam menegakkan keadilan guna mempertahankan HAK, hampir terjadi sepenjuru negeri ini. Satu tahun yang lalu di Desa Limbang Jaya Kabupaten Ogan Ilir, kita dikejutkan dengan peristiwa meninggalnya bocah 12 tahun bernama Angga(anak petani) dan 5 orang/petani lainnya di tembus peluru oleh pihak kepolisian serta 29 di keriminalisasikan dan di jebloskan ke dalam penjara dalam konflik Agraria dengan PTPN VII Cinta Manis dan persoalan ini dari dulu tak kunjung di tuntaskan serius oleh pemerintah bahkan aparat keamanan berpihak sebelah yang sesungguhnya bertentangan dengan UU Kepolisian (Nomor 2 Tahun 2002) dan UU RI No.34 tahun 2004 tentang tugas pokok TNI.
Atas rangkaian kejadian dan tewasnya Petani baik di Sumsel maupun Jabar, Serikat Petani Sriwijaya, Mahasiswa Hijau Indonesia dan SHI Sumsel menyatakan sikap :
1. Mengutuk Kekerasan, intimidasi dan pengkriminalisasian yang dilakukan Aparat Kepolisian dan TNI kepada Petani yang berbuntut kematian, pemukulan dan kriminalisasi.
2. Mendesak KOMNAS HAM untuk membongkar seluruh pelanggaran HAM yang dilakukan Aparat Kepolisian dan TNI didalam konflik Agraria.
3. Mendesak KOMNAS HAM untuk turun langsung kelapangan mencegah meluasnya aksi kekerasan, intimidasi serta jatuhnya korban jiwa di Indramayu.
4. Tangkap, adili dan usut tuntas kasus penganiayaan, kekerasan serta intimidasi petani yang menyebabkan korban jiwa.
5. Bebaskan pejuang-pejuang Agraria yang di tahan, serta para petani yang di kriminalisasi karena mempertahankan hak-haknya.
6. Mendesak dilaksanakannya REFORMA AGRARIA SEJATI demi penyelesaian konflik Agraria secara nasional yang telah banyak menimbulkan korban jiwa serta menyengsarakan kaum tani, buruh dan nelayan.
Setelah melakukan orasi dan aktivitas teaterikal selama dua jam, aksi ini berakhir dengan damai dan massa aksi membubarkan diri sekitar pukul 12 siang. (S01)