Persepsi Masyarakat terhadap Adanya Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

Oleh: Muhammad Arbi, M.Sc.

Tulisan ini merupakan bagian dari hasil studi yang dilaksanakan di daerah pemukiman penduduk yang berada di sekitar jaringan SUTT di wilayah Sumatera Selatan. Sampel berjumlah 100 orang diambil secara acak sederhana (simple random sampling) terhadap penduduk yang bermukim di sekitar jaringan SUTT, masing masing 25 orang untuk Desa Merah Mata Kecamatan Banyuasin I, Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati, Desa Sungai Kedukan Kecamatan Rambutan, dan Desa Ibul Besar Kecamatan Pemulutan.  Sebagian besar masyarakat di sekitar jaringan SUTT adalah penduduk asli yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani, buruh, pelaku usaha mikro, dan sebagian kecil ada yang menjadi Karyawan dan PNS rendahan.  Pendapatan rata-rata per bulan yang mereka miliki berkisar antara 1 jt sampai 2 jt/bln, hal ini mencerminkan bahwa kehidupan mereka secara ekonomis masih rendah. Secara sosial dapat diketahui dari bentuk rumah yang mereka miliki pada umumnya berupa rumah panggung dengan dinding kayu dengan status kepemilikan masing-masing; milik sendiri, menumpang, dan menyewa.

Latar belakang pendidikan tergolong  rendah atau setingkat Sekolah Dasar (SD), yaitu sebesar 56% terdapat di Desa Merah Mata, 44% di Desa Ibul Besar, 40% di Kelurahan Lingga Raya dan sebanyak 36% di Desa Sungai Kedukan. Hal ini sesuai keadaan nyata bahwa mereka yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan dan kesadaran yang rendah tentang arti dari bahayannya tinggal di bawah jaringan SUTT.

Hasil studi menunjukkan banyak fenomena yang menarik berkaitan dengan keluhan warga terhadap radiasi elektromagnetik yang berasal dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Intinya, bahwa sebagian warga yang tinggal di bawah jaringan SUTT merasa khawatir dapat terganggu kesehatannya, karena munculnya berbagai fenomena pada kabel jaringan listrik tegangan tinggi. Fenomena tersebut benar-benar dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh warga yang bertempat tinggal di bawahnya. Latar belakang pendidikan, kultur, serta aspek sosial budaya lain, dapat mempengaruhi timbulnya persepsi terhadapnya. Sebagian memang merupakan suatu fenomena yang secara teknis mempunyai dasar ilmiah, tetapi seringkali merupakan persepsi yang tidak boleh dibantah begitu saja. Bahkan yang menyangkut sosial ekonomi, terutama turunnya nilai properti/tanah juga merupakan fenomena sosial yang menarik.

Pada beberapa kasus di daerah lain radiasi yang berada di bawah jaringan SUTT dapat menyebabkan sebuah Tes pen menyala walaupun tidak disentuhkan pada benda apapun. ”saya tidak rela manusia dianggap sebagai kabel hidup !”, kata salah satu warga yang tinggal di bawah jaringan.  Memang Tes pen atau bahkan Neon tanpa kabel, bisa menyala, meskipun nyala neon tersebut agak redup. Ini fenomena yang benar-benar terjadi. Tes pen yang menyala di bawah SUTT, mestinya sama dengan tes pen yang menyala di dekat pemancar radio, atau di koil mobil. Juga tes pen yang peka, lampu indikatornya akan menyala jika kita memegangnya, karena tubuh manusiapun mengandung listrik. Bedanya, TV merupakan sarana hiburan yang sangat dibutuhkan, antena pemancar radio tidak dirasakan mengganggu, apalagi koil mobil. Lampu neon dan tes-pen dapat menyala, akibat mudahnya gas neon di dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi.

Adanya letusan dan busur cahaya ”kami takut dan terganggu oleh bising yang berasal dari tiang-tiang tower tersebut. Kalau tidak percaya silahkan datang malam hari di bawahnya, atau dapat juga anda lihat pada saat turun hujan….”, kata beberapa warga yang sudah tinggal puluhan tahun di bawahnya. ”kadang-kadang terdengar seperti bunyi letusan, atau malam hari terlihat warna merah menyala seperti bara api diatas rumah, keluh warga yang lain.

Beberapa kejadian yang dikeluhkan warga, itulah fenomena yang hampir dapat dijumpai di pemukiman di bawah Saluran Tegangan Tinggi (SUTT). Asumsi warga fenomena-fenomena tersebut merupakan indikator dapat mengganggu kesehatan. Dapat dijelaskan dengan menggunakan Teori James Clark Maxwell (1865). Sewaktu ia mengumumkan teorinya tentang ”a dynamic theory of the electromagnetic field”, suatu teori revolusioner tentang pergeseran arus yang diramalkan dapat menimbulkan gelombang electromagnet yang merambat dengan kecepatan cahaya. Pada waktu teori tersebut diumumkan Maxwell belum menyebutnya sebagai suatu radiasi seperti yang kita kenal saat ini. Secara teoris elektron yang membawa arus listrik pada jaringan tegangan tinggi akan bergerak lebih cepat bila perbedaaan tegangannya makin tinggi. Elektron yang membawa arus listrik pada jaringan interkoneksi dan juga pada jaringan transmisi, akan menyebabkan timbulnya medan magnit maupun medan listrik. Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan tegangan tinggi, akan terpengaruh oleh adanya medan magnet dan medan listrik, sehingga gerakannya akan semakin cepat dn hal ini akan menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Dalam hal ini elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya akan bertumbukan dengan meolekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ion-ion dan elektron baru. Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan menjadi berlipat ganda terlebih lagi bila gradien tegangannya cukup tinggi.

Udara yang lembab karena adanya pohon-pohon di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya kelipatan ion dan elektorn yang disebut dengan avalanche. Akibat berlipat gandanya ion dan elektron, akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang seringkali juga disertai dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozone. Peristiwa avalanche dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan medan listrik pada jaringan tegangan tinggi maupun ekstra tinggi inilah yang sering dikeluhkan oleh warga yang tinggal di bawah atau di dekat SUTT.

Karena itu, fenomena teknis tersebut memang benar-benar ada, meskipun tidak serta merta identik sebagai penyebab gangguna kesehatan, meskipun telah mengganggu ketenangan warga yang bertempat tinggal di bawah maupun di sekitarnya. Gangguan terhadap ketenangan, apalagi sampai menimbulkan kecemasan, yang pada akhirnya mengganggu aktivitas warga secara sosial ekonomi, pada hakikatnya merupakan gangguan kesehatan.

Beberapa upaya yang yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan yang diakibatkan oleh adanya medan magnet dan medan listrik di sekitar jaringan tegangan tinggi :

  1. Atap rumah sebaiknya dari bahan yang tidak menghantarkan listrik, misalnya genting, asbes, sirap dan sebagainya.
  2. Sebaiknya rumah berlangit-langit (plafon)
  3. Atap rumah atau benda-benda di bawah SUTT yang terbuat dari logam atau dapat menghantarkan listrik, sebaiknya ditanahkan (grounding).
  4. Tanamlah pohon di halaman kosong di sekitar rumah.
  5. Tidak keluar rumah sewaktu hujan atau cuaca buruk (banyak petir).
  6. Periksakan diri ke dokter sedini mungkin bila timbul gejala electrical sensitivity

Untuk melihat dampak dari induksi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jaringan perlu dilakukan pengukuran dan pengamatan lingkungan antara lain :

  1. Apakah medan listrik dan medan magnet sudah melebihi ambang batas yang diperoleh oleh WHO dan SNI
  2. Jika medan listrik dan medan magnet sudah melebihi ambang batas maka boleh dilakukan pemeriksaan terhadap kesehatan masyarakat.

____________________

Ada 2 komentar

  1. M. Arbi berkata:

    Neon berkedip-kedip diakibatkan oleh adanya hubungan daya medan magnet dan listrik yang berasal dari induksi arus listrik dari kabel SUTT, akan tetapi hal ini tidak terlalu berbahaya baik dari sisi kesehatan maupun resiko kebakaran.

  2. Lintang berkata:

    Mengerikan juga ya,
    saya mau nanya, kenapa waktu hujan deras disertai banyaknya petir, lampu neon rumah saya berkedip kedip terus, padahal saklar sudah dimatikan. Bahkan KWH meter dan sekering juga sudah di off

Berkomentar