Palembang, Spora – Pasca konflik Agraria PTPN VII dan Petani di sekitarmya yang memakan korban jiwa dan luka akibat tembakan aparat Brimob menyisakan trauma pada masyarakat khususnya perempuan dan anak. Menurut Yenni Izi, Direktur WCC Palembang (30/7), Trauma Healing merupakan tindakan darurat yang harus segera dilakukan, karena dalam beberapa kasus kejadian yang sama hal ini sering dilupakan, padahal anak sebagai generasi penerus bangsa dan perempuan sebagai jiwanya keluarga sangat berbahaya jika mengalami trauma.
“Setiap anak akan berbeda trauma yang dialaminya pasca konflik, misalnya anak bisa menjadi pribadi pendendam, pemarah, kejam, atau sebaliknya menjadi anak yang rendah diri, penuh ketakutan. Begitu juga halnya perempuan, hal ini sangat berbahaya.” Ungkap Yenni.
Kegiatan Trauma Healing ini akan diawali dengan identifikasi langsung ke lapangan untuk melihat jenis trauma , sehingga bisa ditentukan model Trauma Healing yang akan dilakukan. Bentuk kegitan dapat berupa kegiatan konseling, rekreasi, dan berbagi cerita. “Banyak bentuk kegitan yang bisa kita lakukan, tetapi kita tidk bisa memilih sebelum tau kondisi riil di lapangan” Tambah Yenni.
Kegitan ini akan didukung oleh Komnas Perempuan, pemerintah daerah dan kelompok perempuan di komunitas. “Kita akan segera laksanakan kegiatan ini. Apa jadinya bangsa ini jika generasi penerus penuh dengan trauma. Kita minta kepada aparat keamanan dalam hal ini Brimob untuk menghentikan tindakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik di masyarakat. Tegas Yeni yang ditemui Spora di sekretariat Walhi Sumsel. (S01)