SHI Sulsel Gelar Diskusi Publik: Pragmatisme dan Masa Depan Gerakan Politik Hijau

Spora Palembang – Pengurus Wilayah Sarekat Hijau indonesia (SHI) Provinsi Sulawesi selatan menggelar diskusi publik dan perayaan kemerdekaan. Diskusi dengan bertemakan “Pragmatisme dan masa depan gerakan politik hijau di indonesia“ yang diadakan di Kampus Kedua Cafe, Jalan Perintis Kemerdekaan pada Jumat (18/8).

Diskusi publik ini menghadirkan Andi Rahmat Hidayat (PhD Candidat oN Public Administration and Policy, WUR/ Dosen FISIP Unhas) dan Rizal Pauzi (ketua DPW SHI Sulsel). Diskusi yang di ikuti puluhan akademisi, aktivis dan mahasiswa ini dibawakan oleh Engki Fatiawan (ketua korkom iMM Unhas/anggota SHI Sulsel).

Andi Rahmat Hidayat mengatakan bahwa Pragmatisme Politik sangat memengaruhi Masyarakat terkhusus mentalitas anak muda, terlebih sebagai fakta adanya money politics

“Pragmatisme politik mempengaruhi mentalitas pemuda sehingga politik praktis/praksis sebagai sebuah instrumen untuk mencapai kepentingan yang sempit. dalam artian, dukungan yang diberikan harus di pertukarkan dengan hal yang bisa dirasakan langsung. seperti pada praktek money politik” ujarnya.

Andi Rahmat juga menjelaskan bahwa menurutnya gerakan politik hijau sudah berkembang di negara-negara maju yang telah memiliki instrumen dalam kekuasaan, tak jarang ia merupakan orang-orang yang telah memiliki kursi di parlemen. sehingga penggerakan politik hijau perlu menciptakan banyak diskursus dan wacana komprehensif agar dapat diterima publik.

Sementara itu, Rizal Pauzi mengatakan bahwa pragmatisme politik disebabkan oleh dua hal, pertama sistem politik kita yang membagi tiga jenis kekuasaan belum dipahami dengan baik oleh masyarakat. Menurutnya, masyarakat kita hanya memahami bahwa perhatian politisi ada pada dedikasinya memberikan efek langsung seperti bantuan sembako, perbaikan jalan dan sejenisnya. sementara dalam pembuatan kebijakan belum dianggap bekerja oleh sebagian masyarakat. Hal ini mendorong semua politisi untuk menyiapkan modal untuk dapat memenuhi keinginan masyarakat.

“Kedua, kaburnya ideologi parpol yang ada saat ini baik itu yang mengklain nasionalis maupun kelompok agama. Hal ini membuat terlihat hampir semua parpol tidak memiliki kader yang ideologis. juga ditunjang oleh kurang disiplinnya kaderisasi parpol. hal ini tentu membuat hampir semua pengurus maupun pemilih menganggap ruang politik adalah ruang pragmatisme” jelas Ketua SHI Sulsel.

Rizal juga menambahkan gerakan politik hijau memiliki masa depan yang cerah di indonesia. Cepat atau tidaknya bergantung pada tingkat pendidikan  serta kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan lingkungan. selain itu, gerakan politik hijau ini menjadi ideologi alternatif yang dapat menyatukan perseteruan antara ideologi nasional dan ideologi agama yang terus berseteru sejak awal kemerdekaan.

Kegiatan ini ditutup dengan penyerahan baju kepada narasumber oleh Saenab (pengurus SHI Sulsel) yang bertuliskan “Politisi yang tak suka membaca, tak layak di menangkan” sebagai simbol edukasi politik bagi para politisi dan masyarakat.

Berkomentar