Palembang-Spora, Spora Institute membuat serangkaian Pendidikan Kritis “Sosiologi Postmodern” yang berlangsung Online melalui Zoom Meeting. Kelas berlangsung selama empat kali pertemuan: 11, 12, 18,19 Maret 2022. Konsentrasi yang diangkat oleh Spora di kelas tersebut merupakan dialog bersama memahami kembali teori Postmodern di dalam tinjauan sosiologi pada kontekstual fenomena sosial hari ini.
Produk Postmodern, pemikiran kritis yang dibidani oleh para filsuf Perancis seperti François Lyotard, dan Jacques Derrida masih relevan dengan permasalahan dengan hari ini. Tujuan dan maksud dari mempelajari Sosiologi Postmodern, menghadirkan kritik terhadap modernisasi yang mengantarkan kebudayaan dan peradaban mengalami dehumanisasi. Singkatnya hilangnya cara memanusiakan sesama manusia. Modernisasi pun menyebabkan krisis iklim, juga terganggunya habitat makhluk hidup lain seperti flora dan fauna selama modernisasi berlangsung sejak revolusi industri (1750-1850), periode Perang Dunia 1 dan 2, sampai dengan saat ini.
Kelas menjadi empat konsentrasi. Kelas pertama dibuka pada, Jumat 11 Maret dengan pengantar “Paradigma Sosiologi Kritis” disampaikan oleh Agus Alumni Sosiologi UIN Sunankalijaga, dimoderatori oleh Dinar Try Akbar Mahasiswa semester 4 Sosiologi Universitas Sriwijaya. Di hari berikutnya, Sabtu 12 Maret peserta diberikan konstruksi “Kritik Marxisme Terhadap Postmodern di Persimpangan Statusquo” oleh Coen Husain Pontoh aktivis pergerakan 1998 dan intelektual Indonesia yang saat ini tinggal di Amerika Serikat, dimoderatori oleh Fikri seniman Sound Art yang bermukim di Muara Enim.
Di pertemuan selanjutnya, Jumat 18 Maret peserta diajak mengkritisi keberlangsungan Neoliberal yang mendominasi dunia di hari ini. Dengan konsentrasi “Postmodern Sebagai Counter Hegemoni Neoliberalisme” dikupas oleh Ferdiansyah selaku Dosen Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya, dimoderatori oleh Diki Mahasiswa Sejarah Pascasarjana Universitas Indonesia. Khusus tematik ini Ferdiansyah didampingi oleh Yulian Junaidi yang memberikan gambaran praktik Neoliberal di desa-desa. Sampailah di puncak kelas, Sabtu 19 Maret Penggiat Literasi Palembang Andry Mukmin memberikan materi “Merefleksikan Postmodern di Masa Pandemi Covid-19”. Menuntaskan kelas dengan menawarkan gagasan pemikiran Filsuf Jerman, Martin Heidegger dengan memberikan paradoks antara kemajuan teknologi dan rentannya psikologi kemanusiaan di jaman modernisasi.
Tujuan dari Kelas Sosiologi Postmodern secara keseluruhan, hendak membangun narasi kritis agar masyarakat tidak pasrah dengan keadaan dunia yang telah terhegemoni sistem Kapitalis. Dengan Sosiologi Postmodern diharapkan peserta dapat memeriksa kembali tatanan dunia yang berkiblat pada Kapitalisme saat ini, khususnya di negara berkembang. Dengan Sosiologi Postmodern perlunya reposisi nilai manusia modern di hadapan kapitalisme yang telah mapan saat ini, agar manusia tetap menjadi subjek emansipatoris di tengah kemajuan industri, sains, dan teknologi.