Palembang-Spora, Kelas Akhir Pekan (KERAN) akan kembali hadir Offline mengisi ruang Civil Society di Kota Palembang pasca eksperimen dengan mengadakan kelas berbasis Online Via Zoom yang sudah diadakan selama setahun. KERAN yang diagendakan Offline untuk Merespons zaman 5.0 dengan mengevakuasi wacana kritis ke kalangan Gen Z.KERAN akan menjadi bagian dari jaringan gerakan sosial baru di era kemajuan sains dan teknologi berbasis diskursus lintas perspektif. Diawali pertemuan di Spora Institute (14/24) yang dihadiri para intelektual dari berbagai profesi dan penggiat seni seperti Aktivis Perempuan, NGO, Akademisi, Penyair, Pelukis, Guru, dan Mahasiswa.
Pertemuan dimulai dari pukul 16.00 WIB sampai 18.30 WIB membuahkan kesepakatan bersama menjadikan KERAN sebagai laboratorium ilmu sosial pendidikan kritis dengan agenda diskusi, bedah buku, dan menonton film. Pertemuan KERAN ke depan akan dilaksanakan dalam bentuk Offline dengan formasi 2 kali pertemuan internal sesama para peserta aktif KERAN di markas Spora Institute, dan 1 kali pertemuan diadakakan di ruang publik seperti di kafe dan di taman kota dengan maksud supaya ide dan gagasan yang diproduksi para peserta KERAN dapat diakses masyarakat luas untuk memperoleh manfaat dari keberadaan KERAN sebagai sumber ilmu pengetahuan kritis yang hadir bersama masyarakat tanpa ada batasan elitis.
Para peserta KERAN membangun percakapan dengan mengidentifikasi masalah dan tantangan Civil Society hari ini dan di masa depan. Adapun isu yang dapat menjadi rujukan agenda KERAN ke depan seperti Menyempitnya Ruang Civil Society, Posisi Civil Society, Trend Civil Society di Kalangan Gen Z, Digitalisasi Civil Society, Krisis Identitas, Model Gerakan Civil Society Era 5.0, Pengaruh Karya Seniman Terhadap Perubahan Sosial, Kesenjangan Manusia Akibat Liberalisasi Pendidikan, Nepotisme Organisasi Mahasiswa, Posisi Perempuan di Arena Masyarakat Sipil era 5.0, dan Kiblat Gerakan Civil Society Gen Z.
Catatan dari pertemuan ini antara lain demokrasi di Indonesia mengalami kemunduruan pada Tingkat memprihatinkan. Nilai-nilai Reformasi telah hilang dan digantikan dengan upaya-upaya untuk mempersempit ruang sipil yang mengakibatkan semakin leluasanya negara mengeluarkan kebijakan yang merugikan rakyat. Polarisasi dalam masyarakat dan berbagai regulasi yang membelenggu kebebasan melumpuhkan kebebasan mengeluarkan pendapat, berkumpul, berorganisasi, dan berpartisipas setiap pristiwa politik. Selain itu penangkapan dan kriminalisasi para aktivis pembela HAM dan lingkungan, serta jurnalis mulai terjadi.
Beberapa agenda untuk memperluas ruang masyarakat sipil yang direkomendasikan dalam pertemuan ini adalah: Membangun ruang temu yang inklusif, kaderisasi dan regenerasi, meningkatkan komunikasi strategis, memperkuat jaringan nasional dan international, digitalisasi ilmu pengetahuan dan best practice, meningkatkan mobilisasi sumberdaya, serta meningkatkan kualitas melakukan kampanye, lobi dan advokasi.