Menggali Jati Diri Sumsel: Budaya Sungai dan Tradisi Melayu

Palembang-Spora, Budaya Sungai sebagai makna dari simbolisasi negeri Batanghari Sembilan sangat kental mewarnai jati diri masyarakat Sumatera Selatan. Selain itu akar tradisi melayu juga menjadi dasar karakterer  dan prilaku setiap suku yang ada. Semua riak yang berbeda mengalir ke satu muara yaitu kebersamaan. Hal ini tercemin dalam Refleksi Seni dan Anugerah Batanghari Sembilan yang diselenggaran oleh Dewan Kesenian Sumsel (DKSS) bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Selatan.

Acara yang dihadiri oleh berbagai insan seni dan budaya ini mendapat apresiasi dari berbagai tokoh,  diantaranya Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R M Fauwaz Diradja SH Mkn, Gubernur Sumsel H Herman Deru, Kepala Disbudpar Sumsel, Aufa Syahrizal, SP,M.Sc, Ketua DKSS Sumsel RH Syahril Erwin,SE.

SMB IV mengapresiasi kegiatan tersebut dan dia melihat pemerintah sudah ada perhatian kepada para pekerja seni dan budaya di Sumsel dengan pemberian penghargaan kepada para pihak yang berjasa yang memperjuangkannya. “Penghargaannya tersebut mungkin nilainya tidak sebanding dengan jasa-jasa mereka dalam memajukan budaya di Sumsel , tapi kita mengapresiasi penghargaan ini ,” kata SMB IV didampingi Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo, R.M.Rasyid Tohir,S.H, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, dan Pangeran Jayo Syarif Lukman.

Sedangka Gubernur Sumsel H Herman Deru melihat di era modernisasi banyak diantara kita termasuk yang duduk di pemerintahan dibuat terlena oleh kebudayaan barat yang belum tentu sesuai dengan adat istiadat ketimuran. Beruntung kita dibangunkan para pelaku dan pekerja seni yang senantiasa berupaya dengan segenap kemampuan mempertahankan sekaligus melestarikan budaya dan adat istiadat daerah. “Mereka para pelaku seni yang membangunkan kita sekaligus menandakan kearifan lokal masih mendapatkan tempat yang terhormat di tengah-tengah masyarakat,” kata nya.

Deru lantas menyentil kenapa Malaysia justru bangga dengan kemelayuannya karena mereka menghargai sejarah. Padahal jika melihat sejarah Melayu pertama kali dibawa oleh putra Parameswara. “Itulah salah satu alasannya kenapa Gubernur Sumsel didaulat untuk menjadi Ketua Dunia Melayu Dunia Islam Indonesia dan memimpin ke-21 provinsi yang memiliki keterikatan dengan kemelayuan. Deru mengapresiasi kerja Dewan Kesenian Sumsel (DKSS) bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumsel yang secara konsisten di tengah segaka keterbatasan menghelat kegiatan ini kurun waktu satu dasawarsa terakhir. “Saya minta instansi terkait dan kita semua tanpa terkecuali untuk menjaga aset non benda yang kita miliki salah satunya kelestarian kearifan lokal kita,” katanya.

Kepala Disbudpar Sumsel, Aufa Syahrizal, SP,M.Sc menyebut ajang ini berusaha menggali sekaligus mencari seniman berprestasi di 17 kabupaten/kota se-Sumsel utamanya yang eksis kurun tiga tahun terakhir. Totak terkumpul sebanyak 63 seniman dari enam tangkai seni yang diseleksi oleh 18 dewan juri sesuai kompetensinya masing-masing.

“Dari jumlah tersebut di tiap tangkai diseleksi tiga nominasi dan hanya enam peserta yanh dinobatkan sebagai peraih anugerah Batanghari 2020. Ini sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap para pelaku seni dan budayawan di Sumsel yang melestarikan kebudayaan asli Sumsel,”katanya. Sementara, Ketua DKSS Sumsel RH Syahril Erwin,SE menyebut pihaknya bertekad memberikan sumbangsih dalam memajukan kebudayaan dan seni di Sumsel sebagaimana yang telah ditunjukkan Pemprov Sumsel.

Dan setelah diseleksi ditetapkan enam pelaku seni peraih Anugerah Batanghari 2020. Yakni, A Rapanie Igama (Seni Sastra), M.Yunus (Seni Teater), Riri R Mukhsin (Seni Musik), Aang Sungkawa (Seni Tari), Sabda Prajaya (Seni Rupa) dan Jimmy Pieter (Seni Film). Seluruh pemenang masing-masing menerima hadiah uang pembinaan sebesar Rp10 juta dan piagam penghargaan. (S01)

Berkomentar