Jejaring Komunitas dan LSM di Palembang Peringati Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2022

Palembang-Spora, Setiap 8 Maret dunia digebrak dengan peringatan Hari Perempuan Internasional. Merujuk dari halaman IWD (International Women’s Day 2022 (internationalwomensday.com) khusus di tahun 2022 ini, “Break The Bias (Hancurkan Bias)” merupakan tema perayaan Hari Perempuan  yang diserukan secara global. Tema tersebut diharapkan dapat membongkar bias-bias dan stereotip berbasis gender yang seringkali perempuan masih menjadi korban dari keberlangsungan sistem patriarki yang mengakar di dalam konstruksi sosial masyarakat sampai dengan hari ini.

Dari tema besar “Break The Bias” lahirlah tiga anak tema: 1. Dunia yang terbebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi. 2. Dunia di mana perbedaan dihargai, dan dirayakan. 3. Dunia yang beragam, adil, dan inklusif.  Dari tiga anak tema tersebut, hari perempuan sedunia semakin jelas menuntut kesetaraan gender. Melawan sistem patriarki yang masih menjadi hantu menakuti, bahkan menindas kaum perempuan.

Untuk diketahui bersama pula Hari Perempuan Internasional merupakan momen memperingati para pejuang perempuan pada 8 Maret 1917 di rusia. Pemogokan perang dan protes massal yang diorganisir oleh para perempuan tersebut dimulai pada 8 Maret. ketika para perempuan di zaman itu melakukan perlawanan secara masif terhadap kekacauan global dan kelaparan akibat Perang Dunia Satu. Mereka juga mengecam sistem industrialisasi kapitalisme modern yang menindas para perempuan yang terus dipaksa bekerja di tengah gemuruh Perang Dunia Satu. Protes tersebut akhirnya membuahi tuntutan agar negara membagikan roti kepada seluruh perempuan, mendistribusikan perdamaian supaya melindungi perempuan dari kejammnya dampak perang, dan melakukan demonstrasi ke pabrik-pabrik yang mengeksploitasi para perempuan dengan upah murah tanpa ada hak untuk kesejahteraan bagi perempuan.

Dialah Clara Zetkin, aktivis perempuan Jerman dan pejuang hak-hak perempuan yang konsisten mengusulkan peringatan hari internasional untuk perempuan di forum-forum global. Zetkin menyampaikan usulan tersebut di Konferensi Buruh Perempuan Internasional di Kopenhagen, Denmark. Konferensi itu digelar pada tahun 1910 dan dihadiri lebih dari 100 perempuan dari 17 negara. Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tahun 1911 di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss. Berujung pada ultimatum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menetapkan peringatan Hari Perempuan setiap 8 Maret secara internasional.

Peringatan Hari Perempuan Internasional di tahun ini 8 Maret 2022, juga dirayakan oleh para perempuan di Kota Palembang. Perayaan tersebut diinisiasi oleh komunitas akar rumput, para mahasiswa, dan beragam Lembaga Swadaya Masyarakat di Palembang. Khususnya Solidaritas Perempuan Palembang yang telah menyetrum mengingatkan Hari Perempuan Internasional yang jatuh tempo setiap 8 Maret dengan membuka konsolidasi di Sekretariat Solidaritas Palembang agar peringatan Hari Perempuan Internasional dapat terlaksanakan di masa Pandemi Covid-19 dengan tetap mengutamakan Protokol Kesehatan yang ketat.

Rangkaian kegiatan Hari Perempuan Internasional tersebut dimulai pada pukul 09.00-12.00 WIB, dibuka dengan Internasional Seminar “Political Women Participation In Responding The Opportunities and Challenge During The Covid-19 Period” Kerjasama antara Lembaga Serikat Hijau Indonesia dengan Universitas Taman Siswa Palembang. Internasional Seminar tersebut menghadirkan narasumber dari empat negara, Michelle Sheater mewakili Australia Greens, Anita Nautiyal mewakili India Green Federation, Erum Saleem Khan mewakili Asia Pacific Pakistan Green Federation, lalu dari Indonesia menghadirkan narasumber Ade Indriani Zuchri selaku Ketua Umum Sarekat Hijau Indonesia. Ada pun Internasional Seminar tersebut dimoderatori oleh Yulinda selaku akademisi FKIP Bahasa Inggris Universitas Taman Siswa Palembang. Poin Internasional Seminar merespons fenomena deskriminasi, dan penindasan yang masih dialami oleh kaum perempuan. Baik eksploitasi perempuan di wilayah industri, keterpurukan perempuan di lahan konflik agraria, diskriminasi terhadap perempuan di ruang politik, sampai dengan permasalahan mendasar perempuan di wilayah domestik (KDRT). Disksusi global itu juga menyorot hak keseteraan gender dari   kacamata negara asal narasumber, yang dalam hal ini para narasumber menyepakati bahwa hak untuk kesetaraan gender harus terus diperjuangkan di tengah arus neoliberal yang semakin mempreteli hak-hak perempuan dan semakin menjaga lingkaran budaya patriarki.

Pada pukul 14.00-15.00 WIB berlangsung Aksi Diam di kawasan Bundaran Air Mancur, dan di Simpang Lima  DPRD Provinsi melibatkan partisipasi Mahasiswa UNSRI Indralaya-Bukit, puluhan siswa SMA Palembang, jejaring komunitas akar rumput, juga turut andil anggota dari LSM. Aksi diam menggunakan puluhan poster bermacam tema pamflet yang telah dipersiapkan. Kami Berdaulat Atas Tubuh Kami, Hancurkan Budaya Patriarki, Perempuan Berdaulat Peradaban Semakin Kuat, Stop Manipulasi Terhadap Perempuan, dan masih banyak lagi luapan ekspresi melalui media poster yang telah dipersiapkan oleh tim properti aksi diam tersebut.

Spirit Memperingati Hari Perempuan Internasional semakin membakar semangat partisipan yang hadir. Para partisipan melanjutkan berjalan menuju ke arah Kambang Iwak dengan Campaign Walk pada pukul 15.00-17.00 WIB. Spanduk petisi Break The Bias langsung dibentangkan di lantai Kambang Iwak, semua partisipan juga masyarakat di kawasan Kambang Iwak beramai-ramai menandatangani seruan petisi yang mengajak untuk mengampanyekan kesetaraan gender. Kemudian petisi yang telah ditandatangani diarak keliling bundaran Kambang Iwak dipandu oleh para mahasiswa UNSRI sembari menyebarkan brosur rangkaian kegiatan serta stiker bertema “Tubuh Kita Adalah Otoritas Kita”.

Puncaknya dilanjutkan dengan diskusi “Kesetaraan Gender Hari Ini Untuk Masa Depan Yang Berkelanjutan” menghadirkan pembicara tokoh perempuan Emilia selaku Badan Eksekutif di Solidaritas Perempuan Palembang, Fadila Nur Amalia, S.H., M.Ipol selaku Akademisi Hukum di UIN Raden Fatah Palembang, dan dimoderatori Dini Okta Lamdia Penggiat Isu Feminisme di Women’s Empowerment Indonesia Campus Ambassador. Kegiatan diskusi sampai dengan selesai fokus membahas permasalahan kesetaraan gender yang masih bias di masyarakat.

Menolak mitos-mitos yang sampai hari ini terus membungkam para perempuan tunduk pada budaya patriarki. Para perempuan sudah saatnya membangun paradigma kritis. Mengampanyekan hak perempuan melawan segala bentuk penindasan, baik penindasan bersifat kultural maupun  penindasan yang langsung mengarah kepada setiap personal perempuan.

Solidaritas Perempuan Palembang, Spora Institute, Sarekat Hijau Indonesia, Metamorpho, Amartha, Walhi Sumsel, Ampera Memanggil, HMI FISIP UNSRI, BEM UNSRI, dan Panche Hub Café, merupakan penggerak acara di Hari Perempuan Internasional 8 Maret 2022 yang menyepakati bahwa Hari Perempuan Internasional harus diperingati di setiap tahun. Memanfaatkan momentum mengampanyekan hak perempuan sembari kerja kolektif antar jejaring komunitas dan LSM sebagaimana kegiatan peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret  2022 ini.

Berkomentar