Perempuan dan Krisis Iklim di Sumatera Selatan

Oleh: Ebin Stefenko

Hari terakhir rangkaian Festival Bulan Juni 2024, Solidaritas Perempuan Palembang berkolaborasi dengan Berani Bercerita menggelar diskusi mengenai krisis iklim pada minggu sore, 30 Juni 2024. Kegiatan yang dilaksanakan Rumah Sintas Palembang ini dihadiri 15 peserta dari komunitas Solidaritas Perempuan Palembang dan Perempuan Penggiat Iklim yang memiliki keresahan yang sama atas krisis iklim yang terjadi di Sumatera Selatan.

Salah satu peserta, Deitra Alisa Dinata, Relawan Spora Institute mengatakan, sebagai seorang perempuan yang peduli terhadap krisis iklim, saya merasa sangat menghawatirkan krisis iklim yang terjadi di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan yang telah mencapai tahap yang memprihatinkan.

Sumsel menghadapi berbagai tantangan serius akibat perubahan iklim yang semakin parah. Kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi, terutama di lahan gambut merupakan masalah utama di Sumatera Selatan. Kebakaran ini tidak hanya merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati, tetapi juga menghasilkan kabut asap yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Deforestasi merupakan salah satu penyebab terbesar masalah krisis iklim. Pembukaan lahan yang ditujukan untuk perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri yang dilakukan berbagai korporasi menyebabkan hilangnya hutan yang berfungsi sebagai penyerap karbon. Akibatnya, emisi gas rumah kaca meningkat dan memperburuk kondisi iklim. “Bumi ini sudah mendidih” ungkap Deitra.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak baik. Pemerintah harus memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku praktik pembakaran hutan dan illegal logging. Selain itu korporasi harus menjamin pengelolaan yang keberlanjutan.  Ekosistem yang rusak segera dipulihakan. Selain itu, harus ada upaya penggunaan energi terbarukan dan praktik pertanian berkelanjutan. Perebuhan Sistem menjadi hal yang mendesak.

Masyarakat juga perlu diberikan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim. Peran perempuan dalam komunitas sangat penting dalam upaya ini, karena mereka sering kali menjadi pengelola utama sumber daya alam di tingkat rumah tangga dan komunitas. Langkah-langkah ini dapat memberikan harapan adanya  perbaikan krisis iklim di Sumatera Selatan dan melindungi masa depan generasi mendatang.

Berkomentar